Rabu, 21 September 2011

WARUGA

Sekilas tentang WARUGA. Waruga adalah kubur / makam para leluhur MINAHASA yang terbuat dari batu yang di ukir yang berbentuk seperti rumah

pada awalnya kebiasaan para leluhur MINAHASA mengubur orang yang telah meninggal dengan cara di bungkus dengan daun woka (janur), lambat laun kebiasaan itu di tinggalkan dan berpindah cara di masukan kerongga pohon kayu yang kosong, setelah di di masukan ke dalam rongga barulah di masukan/ di kubur ke dalam tanah, kebiasaan itu juga di tinggalkan sekitar abad IX suku minahasa / leluhur minahasa baru menggunakan WARUGA
WARUGA terbentuk dari dua bagian yaitu penutup yang berbentuk seperti bubungan rumah
dan kotak kosong sebagai tempat untuk orang yang telah meninggal, orang yang sudah meninggal diletakkan pada posisi menghadap utara dan didudukan dengan tumit kaki menempel pantat dan kepala mencium lutut maksud dan tujuan cara menguburkan itu karena leluhur MINAHASA berasal dari Utara,pemilihan batu dan pengukiran dibuat oleh salah satu keluarga,tidak lama pada tahun 1860 pemerintah belanda melarang menguburkan orang mati dalam WARUGA, dari beberapa informasi, pelaranggan pemerintah belanda untuk menguburkan orang yang telah meninggal dalam waruga karena di sinyalir penyakit yang berjangkit pada waktu itu berasal dari WARUGA-WARUGA warga tersebut,yang keluar dari celah antara penutup dan badan WARUGA dan pada waktu itu juga AGAMA KRISTEN mengharuskan orang yang telah meninggal harus di kuburkan ke dalam tanah dan cara menguburkan orang yang telah meninggal ke dalam tanah mulai menyebar ke seluruh daratan MINAHASA dan kebiasaan menguburkan ke dalam waruga mula terkikis dan di tinggalkan

Pada tahun 1870 sampai sekarang suku MINAHASA mulai menggunakan peti untuk menaruh orang yang telah meninggal dan di kuburkan ke dalam tanah

Waruga-waruga tersebar luas di daratan MINAHASA






catatan ini berdasarkan beberapa data yang ada
Selengkapnya...

Motto Orang Manado

Kota Manado adalah ibu kota dari provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado seringkali disebut sebagai Menado, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Manado. Adat Istiadat di Manado masih sangat kental, salah satunyaa yang masih kental yaitu "Mapalus" (Saling tolong menolong/Kerjasama) itu didasarkan dengan motto yang dimiliki oleh orang Manado. "Tau nda motto orang Manado apa?"

Motto Sulawesi Utara diperkenanlkan oleh Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (Sam Ratulangi) adalah Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat kuno, yang berarti: "Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang hidup untuk menghidupkan orang lain". Dalam ungkapan bahasa Manado, sering kali dikatakan: "Baku beking pande, Baku-Baku Tongka, dsb". Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sulawesi Utara sudah menjadikan motto itu salah satu bagian penting dalam kehidupan mereka, dalam berhubungan dan berinteraksi dengan masyarakat yang satu dengan yang lain.
Selengkapnya...

Senin, 19 September 2011

SUKU

Saat ini mayoritas penduduk SULAWESI UTARA berasal dari suku Minahasa, karena wilayah Manado merupakan berada di tanah/daerah Minahasa. Penduduk asli Manado adalah suku Bantik, suku bangsa lainnya yang ada di Manado saat ini yaitu suku Sangir, suku Gorontalo, suku Mongondow, suku Arab, suku Babontehu, suku Talaud, suku Tionghoa, suku Siau dan kaum Borgo. Karena banyaknya komunitas peranakan arab, maka keberadaan Kampung Arab yang berada dalam radius dekat Pasar '45 masih bertahan sampai sekarang dan menjadi salah satu tujuan wisata agama. Selain itu terdapat pula penduduk suku Jawa, suku Batak, suku Makassar dan suku bangsa lainnya. Selengkapnya...